MAKALAH ILMU BUDAYA
DASAR
TUGAS SOFTSKILL
“KEARIFAN LOKAL DAERAH MOJOKERTO”
Kelas : 1EA12
Anggota :
1. Donna Riake Salsabila (16217872)
2.
Firyal Humairah
(12217399)
3.
Muhammad Rama Pratama
(14217175)
4.
Safigah (15217439)
Anggota :
1. Donna Riake Salsabila (16217872)
FAKULTAS
EKONOMI
JURUSAN
MANAJEMEN
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat
Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi dan melengkapi tugas mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar yang bertema KEARIFAN LOKAL dengan judul “KEARIFAN LOKAL DI
MOJOKERTO”
Dalam proses penulisan makalah
ini penyusun banyak menemui kesulitan dalam mencari sumber-sumber
bahan penulisan yang dijadikan literatur dalam penulisan makalah ini, hal
ini dikarenakan minimnya koleksi pustaka yang menjabarkan tentang sejarah,
serta sejarah munculnya kebudayaan lokal di kota ini dari kebudayaan induknya
yaitu budaya jawa.
Penyusun
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca.
Dengan demikian, penyusun berharap makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca mengenai asal-usul,
sejarah serta kekhasan kebudayaan di kota dan kabupaten Mojokerto yang kita
banggakan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Ciri-ciri Kearifan Lokal
C. Kearifan Lokal yang Masih Hidup di Daerah
Mojokerto
D. Makanan
Khas di Daerah Mojokerto
BAB III PENUTUP
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Wonoploso adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Wonoploso
berbatasan dengan desa Pohjejer di sebelah utara, desa Kalikatir dan Jatidukuh
di sebelah selatan, desa kebontunggul di sebelah timur, dan desa Pohjejer dan Bening
di sebelah barat. Wonoploso terdiri atas 6 dusun. Daratan di Wonoploso
konturnya tidak rata. Aliran sungai utama di desa Wonoploso adalah sungai
Pikatan dan Landeyan. Taraf perekonomian di Wonoploso cukup merata, artinya
angka kemiskinan di Wonoploso ditekan seminimal mungkin sehingga membuat
penduduk Wonoploso boleh dibilang makmur.
Wonoploso merupakan
salah satu desa yang ada di daerah Kabupaten Mojokerto bagian selatan tepatnya
bersebelahan dengan bukit hijau pesarean, sehingga desa tersebut terlihat
asri dan indah untuk dipandang. Masyarakat memanfaatkan bukit sebagai lahan
mata pencaharian tambahan untuk melengkapi keseharian. Disamping itu
Wonoploso kaya akan kearifan lokal seperti kebiasaan menanam aneka koro –
Koroan guna penyubur tanah dan sumber pangan berprotein, pemanfaatan berbagai
jenis tumbuhan untuk beberapa keperluan adat, kesehatan, pangan, serta
terdapat upacara-upacaraa, upacara wiwitan sebelum memanen padi, upacara
mitonan bagi orang yang sedang hamil, upacara siraman untuk kemanten.
Berbagai jenis upacara – upacara selalu tidak terlupakan bagi masyarakat,
seperti upacara tingkepan atau mitoni, masyarakat selalu memilih tanggal,
hari guna kebaikan bagi cakal bikal sang jabang bayi. Bukan hanya itu
bahkan banyak bahan – bahan yang disediakan dalam presepsi, seperti
buah-buahahan, aneka bubur, sepasang ayam, nasi kuning dan yang paling unik
dari bahan – bahan yaitu 2 buah
kelapa yang digambari 2 pasang wayang, Kama Jaya dan Kama Ratih.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah Mojokerto?
2.
Apa pengertian dan ciri-ciri kearifan lokal?
3.
Apa saja kearifan lokal yang ada di daerah Mojokerto ?
4.
Bagaimana pula fungsi dan makna kearifan lokal yang ada di daerah Mojokerto
?
5.
Apa saja kesenian di daerah mojokerto?
6.
Apa saja makanan khas daerah mojokerto?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan denfinisi dan ciri – ciri dari kearifan lokal
2.
Menyebutkan beberapa jenis kearifan lokal yang ada di Mojokerto tepatnya
kecamatan Gondang, desa Wonoploso
3.
Mengetahui sejarah daerah Mojokerto
4.
Mengetahui fungsi serta makna yang terkandung dalam kearifan lokal yang ada
di desa Wonoploso
5.
Mengetahui kesenian yang ada di daerah Mojokerto
6.
Mengetahui makanan khas yang terdapat di daerah
Mojokerto
BAB II
PEMBAHASAN
Mojokerto pada zaman dahulu merupakan pusat dari
pemerintahan kerajaan Majapahit. Lokasi dari kerajaan Majapahit sendiri
diperkirakan sekitar 10 km dari letak Mojokerto sekarang. Perkiraan ini diambil
karena banyaknya peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit seperti candi,
umpak-umpak, gapura, saluran air, dan sebagainya.
![Image result for kota mojokerto](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEja5rxwFdoitx8gwAswKeFh29uVSRnrYZaDfwPo-Ytcu6ks8rVtKb5FQOuSjkKRUn-qbmsd4GWGYkHgEHvH3tdA4L4H4VMIf3Oxk9sf6K0o91HNH53z7Hl5ERR1dztkFr_53eVEceNbBui2/s200/Lambang-Kota-Mojokerto.jpg)
Masa kejayaan Majapahit merupakan periode yang sangat mengesankan dalam sejarah Indonesia. Alasannya adalah karena pada masa ini Majapahit menjadi kerajaan yang paling besar dan mempunyai pengaruh yang begitu luar biasa. Tak hanya di nusantara, di luar negeri pun nama kerajaan Majapahit ini dikenal. Mojokerto yang memiliki banyak peninggalan bersejarah dari kerajaan Majapahit ini sering dikait-kaitkan dengan kerajaan tersebut.
Hari jadi Mojokerto pun berkaitan dengan Majapahit. Konon, hari jadi Mojokerto yaitu tanggal 9 Mei merupakan hari saat Raden Wijaya mengatur strategi dalam perlawanannya melawan pasukan Tar-Tar. Kemenangan dalam perlawanan tersebut menjadi titik awal dari kemenangan militer juga diplomatic yang dilakukan Raden Wijaya. Menurut Tarikh Masehi, kejadian ini ada pada tanggal 9 Mei tahun 1293. Dari sinilah kemudian tanggal tersebut dijadikan hari jadi Mojokerto dan diperingati hingga saat ini.
Seiring dengan berjalannya waktu setelah Majapahit runtuh, kemudian kolonial Belanda membuat bentuk kota ini berubah. Meski beberapa insfrastruktur dibangun oleh warga kolonial tersebut, nyatanya Mojokerto tetap berbeda dengan kota lain seperti Surabaya atau Malang yang berkembang dengan baik. Mojokerto tetap saja menjadi kota kecil. Mojokerto memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga akhirnya menjadi sebuah kotamadya.
Budaya Jawa mempunyai peranan penting dalam budaya Indonesia, termasuk
bahasanya. Bahasa Jawa menjadi salah satu pendukung atau pemerkaya bahasa
Indonesia. Tidak sedikit kosakata bahasa Jawa menjadi warga bahasa Indonesia.
Untuk itu, tidak berlebihan jika bangunan bahasa Indonesia ditopang oleh bahasa
Jawa. Kearifan lokal, terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau
kebijaksanaan dan lokal (local) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah
gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Menurut Gobyah nilai terpentingnya adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional.
Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan unsur bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan) dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Dari penjelasan beliau dapat dilihat bahwa kearifan lokal merupakan langkah penerapan dari tradisi yang diterjemahkan dalam artefak fisik. Hal terpenting dari kearifan lokal adalah proses sebelum implementasi tradisi pada artefak fisik, yaitu nilai-nilai dari alam untuk mengajak dan mengajarkan tentang bagaimana ‘membaca’ potensi alam dan menuliskannya kembali sebagai tradisi yang diterima secara universal oleh masyarakat, khususnya dalam berarsitektur. Nilai tradisi untuk menselaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara dan melestarikan alam lingkungan. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin adanya penyempurnaan arti dan saling mendukung, yang intinya adalah memahami bakat dan potensi alam tempatnya hidup; dan diwujudkannya sebagai tradisi.
Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang
baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui
suatu kearifan lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai
budaya yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut. Kalau mau jujur,
sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun
oleh orang tua kita kepada kita selaku anak-anaknya. Budaya gotong royong,
saling menghormati dan tepa salira merupakan contoh kecil dari kearifan lokal.
Ciri – ciri dari kearifan lokal yaitu
1. Mampu bertahan
terhadap budaya luar,
2. Memiliki
kemampuan mengakomodasi budaya luar,
3. Memiliki
kemampuan mengendalikan,
4. Mempunyai
kemampuan mengintegrasi unsure budaya luar ke dalam budaya asli,
5. Mampu member
arah pada perkembangan budaya.
I Ketut Gobyah dalam “ Berpijak pada Kearifan lokal” mengatakan bahwa kearifan
lokal (local genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam
suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nlai – nilai suci
firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai
keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografi dalam arti luas.
Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-
menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang
terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
S. Swarsi Geriya “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” mengatakan bahwa
secara konseptual kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan
manusia bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika. Cara-cara yang dianggap
baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan
melembaga.
Kabupaten Mojokerto ada kearifan
lokal dalam melestarikan sumber air yaitu dengan upacara “bersih desa”, yaitu
berjalan bersama-sama seluruh warga desa sambil membawa makanan menuju sumber
mata air Claket. Setelah sampai pada sumber mata air, diadakan acara
“Selamatan” seluruh warga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas
karunia-Nya berupa sumber air sehingga dapat memberi penghidupan seluruh warga
yang sehari sebelumnya tempat tersebut dibersihkan terlebih dahulu dan ditanami
pohon.
Film Kearifan Lokal Mojokerto :
Kearifan lokal yang ada di Wonoploso,
Mojokerto serta makna dan fungsinya.
v
Upacara Tingkeban/ Mitoni
(Nujuh Bulanan)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjf3N4UgrC_LA1_GBfWJhdskXlViHFU49l2ElaISQeT3LzvnHcVqKqWtuc3u8Aqns8f2EUNjK8tgawfDEslCsL0tdTMdCaF9bHH7QDndDRYodUuYqOJ2xQW4sQlNZv9qBiztZ_lBjphdPb/s320/tingkepan5.jpg)
Upacara Tingkeban adalah salah
satu tradisi masyarakat di Wonoploso, upacara ini disebut juga mitoni berasal
dari kata pitu yang arti nya tujuh, upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan
tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali.Upacara ini bermakna bahwa
pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di
dalam rahim ibu. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil di mandikan
dengan air kembang setaman dan di sertai doa yang bertujuan untuk memohon
kepada Tuhan YME agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang
akan dilahirkan selamat dan sehat.
Tata Cara pelaksanaan Upacara
Tingkeban :
Siraman yang di lakukan oleh para sesepuh sebanyak 7 orang termasuk ayah dan
ibu wanita hamil serta suami dari calon ibu. Siraman ini bermakna memohon doa
restu agar proses persalinan lancar dan anak yang akan dilahirkan selamat dan
sehat jasmani dan rohani.
Setelah siraman selesai, dilanjutkan dengan upacara memasukan telur ayam dan
cengkir gading. Calon ayah memasukan telur ayam mentah ke dalam sarung/kain
yang di kenakan oleh calon ibu melalui perut sampai pecah kemudian menyusul
kedua cengkir gading di teroboskan dari atas ke dalam kain yang di pakai calon
ibu sambil di terima di bawah oleh calon nenek dan kelapa gading tersebut di
gendong oleh calon nenek dan di letak kan sementara di kamar. Hal ini merupakan
symbol harapan semoga bayi akan lahir dengan mudah tanpa ada halangan.
v
Upacara Mecah Kelapa
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNLZl_ohCwvqTYzZpKzSmV3eLO9z4VDgHDJuKvMcEuk3QS_3sJMxmLNqsiwkOOjE8-GqoSOnm15BtLl1cw_62bne9J6xr-UvdzYOmq9cVZUbN6OuVIzMIhBoiGaansaE5XJDO-g0h9wKwM/s320/OpenOffice.org-2.png)
Kelapa gading yang tadi di
bawa ke kamar, kembali di gendong oleh calon nenek untuk di bawa keluar dan di
letak kan dalam posisi terbalik (gambar tidak terlihat) untuk di pecah, Kelapa
gading nya berjumlah 2 dan masing masing di gambari tokoh Wayang Kamajaya dan
Kamaratih. Calon ayah memilih salah satu dari kedua kelapa tersebut.
Apabila calon ayah memilih
Kamajaya maka bayi akan lahir Laki laki, sedangkan jika memilih Kamaratih akan
lahir perempuan ( hal ini hanya pengharapan saja, belum merupakan suatu
kesungguhan)
v
Dodol Rujak
Pada upacara ini, calon ibu
membuat rujak di dampingi oleh calon ayah, para tamu yang hadir membeli nya
dengan menggunakan kereweng sebagai mata uang. Makna dari upacara ini agar
kelak anak yang di lahirkan mendapat banyak rejeki dan dapat menghidupi
keluarganya.
Selain itu ada makna lain yang tersirat dari upacara
tingkeban yaitu mempererat tali silahturohmi sesama masyarakat dan juga
mentradisikan budaya bangsa yang sudah ada sejak nenek moyang.
v
Tradisi Ruwahan
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgELQP6LNEX2L5GcDf1lpQ4Ye25G9Y-CWZq-4ikAHjgIE-S4et6onTYY4ziaUl0P_ccSy4DeGbnoY0OExFENl0kn1lTwm9Np4GMskreifNH1q1Ugcw8MKs8exEK4sG0WrBaWWHQHlxXXhKv/s1600/ruwatan+sengkolone.jpg)
Di desa Wonoploso juga ter
dapat tradisi ruwahan berisi kegiatan melaksanakan ritual yang dilakukan pada
saat datangnya bulan Ruwah atau bulan Arwah. Bagi masyarakat desa Wonoploso
khususnya bulan Arwah mempunyai makna penting sebagai momentum bagi semua yang
masih hidup untuk mengingat jasa dan budi baik para leluhur, tidak hanya
terbatas pada orang-orang yang telah menurunkan kita, namun juga termasuk
orang-orang terdekat, para pahlawan, para perintis bangsa yang telah mendahului
kita pindah ke dalam dimensi kehidupan yang sesungguhnya. Bulan Arwah juga
merupakan saat di mana kita harus “sesirih” atau bersih-bersih diri meliputi
bersih lahir dan bersih batin. Membersihkan hati dan pikiran sebagai bentuk
pembersihan dimensi jagad kecil (mikrokosmos) yakni diri pribadi kita meliputi
unsur wadag dan alus, raga dan jiwa.
Tidak hanya sebatas
pembersihan level mikrokosmos, selebihnya adalah bersih-bersih lingkungan alam
di sekitar tempat tinggal kita, membersihkan desa, kampung, kuburan,
sungai, halaman dan pekarangan di sekeliling rumah, tak lupa membersihkan semua
yang membuat kotor dan jorok dalam rumah tinggal kita. Bagi petani tak luput
pula bersih-bersih sawah dan ladang. Semua itu sebagai bentuk pembersihan
dimensi jagad besar (makrokosmos).
Selain makna tersebut, ritual
ruwahan merupakan wujud bakti dan rasa penghormatan kita sebagai generasi
penerus kepada para pendahulu yang kini telah disebut sebagai leluhur.
Pelaksanaan ritual ruwahan bukan tanpa konsep dan prinsip yang jelas. Ruwahan
didasari oleh kesadaran spiritual masyarakat kita secara turun-temurun, di mana
kita hidup saat ini telah berhutang jasa, berhutang budi baik kepada alam dan
para leluhur pendahulu yang telah mendahului kita. Tak ada cara yang lebih
tepat selain harus berbakti, setia dan berbakti kepada para leluhurnya yang
telah mewariskan ilmu dan harta benda, termasuk bumi pertiwi, yang dapat
dimanfaatkan oleh anak turunnya hingga saat ini. Ritual tradisi
Ruwahan sebagai bukti kesetiaan dan sikap berbakti kepada lingkungan alam yang
telah memberikan berkah berupa rejeki, tempat berlindung, hasil bumi, oksigen
dan sebagainya. Karenanya hanya dengan kesetiaan serta berbakti, kita menjadi
generasi penerus yang tidak mengkhianati leluhur, bangsa dan bumi pertiwinya.
Berkhianat kepada para leluhurnya sendiri, maupun kepada bumi pertiwi di mana
tempat kita menyandarkan hidup sudah pasti akan menyebabkan suatu akibat buruk.
Pengkhianatan (ketidaksetiaan) dan kedurhakaan (tidak berbakti) yang
dilakukan generasi penerus, akan menimbulkan kesengsaraan pada diri pribadinya
(mikrokosmos) dan sangat memungkinkan tertransformasi ke dimensi makrokosmos
lingkungan alamnya. Sebaliknya, kesetiaan pada bumi pertiwi yakni bumi di
mana nyawa kita berpijak, kita hirup udara, kita mencari makan, dan berbakti
kepada para leluhur yang menurunkan kita, merupakan satu rangkaian berupa kunci
meraih kesuksesan hidup secara hakiki. Ketenangan, ketentraman, kedamaian,
kesejahteraan lahir dan batin akan berlimpah menghampiri kita setiap saat.
Makna Ritual dan Sajian
Hantaran tradisi Ruwahan
berisi tiga sajian makanan yakni ketan, kolak, dan apem yang ketiganya
mempunyai makna masing-masing:
·
ketan, makanan ini merupakan simbol eratnya tali silaturahmi, karena sifat
dan bentuk ketan yang lengket.
·
kolak, makanan yang diolah dengan menggunakan santan yang manis,
melambangkan hubungan kekeluargaan yang selalu harmonis dan bahagia,
serta mengajak persaudaraan bisa lebih ‘dewasa’ dan barokah penuh kemanisan.
·
apem, makanan yang mempunyai arti kesediaan untuk saling memaafkan. Kata
apem berasal dari bahasa arab “afwan” yang bermakna maaf.
Doa dan makan bersama
(kenduri) dalam ritus nisfu sya’ban atau pada setiap malam hari selama seminggu
sebelum ramadhan, merupakan bentuk dari pengejawantahan dari kebersamaan, sikap
kekeluargaan, dan cara untuk memakmurkan masjid, serta meningkatkan kualitas
sujud syukurnya pada Allah.
Tabur bunga merupakan bentuk
dari cara masyarakat untuk selalu mengenang semua yang indah dan yang
baik dari mereka yang telah mendahului. Selain itu ada kepercayaan
masyarakat bahwa dengan adanya bunga di atas makam turut membantu aroma wangi
pada arwah di alam kubur dan malaikat tidak sungkan mendekat. Bunga yang sering
digunakan untuk nyekar adalah bunga kanthildan telasih. Bunga kanthil bermakna
mengikat rasa selalu terhubung dengan para leluhur. Diharapkan dapat mencontoh
perilaku baik para leluhur semasa hidupnya. Bunga kanthil berarti tansah
kumanthil. Yang kumanthil adalah hatinya. Sukur-sukur berkahnya (safa’atnya)
dapat “kanthil” (mengikuti) sumrambah mengalir ke dalam jiwa raga si peziarah.
Bunga Telasih bermakna welas asih, dengan harapan dapat kawelasan atau
belas kasih dari Gusti Hyang Manon. Belas kasih pula dari para leluhur yang
akan njangkung dan njampangi setiap langkah kita agar tidak salah langkah
menjalani proses kehidupan yang sangat pelik ini.
Ziarah ke makam merupakan
bentuk interpretasi dari praktik hadis yang menyatakan baha salah satu amal
yang masih diterima dari orang yang sudahmeninggal adalah anak sholeh dan
sholehah yang selalu mendoakan. Selain itu, ziarah juga memberikan tanda bahwa
kita harus tetap mengingat leluhur kita dan saudara-saudara kita serta
mengingatkan kita akan adanya kematian. Sehingga kita terangsang untuk berbuat
baik.
1.
Tradisi bersih kampong/desa memberikan gambaran tentang kebersamaan dan
kegotong-royongan.mengingatkan kita untuk selalu saling tolong-menolong
antarsesama. Selain itu bersih desa juga mengisyaratkan kepada kita tentang
pentingnya lingkungan tempat di mana kita tinggal, sehingga membangun jiwa kita
untuk melestarikannya.
Pembacaan tahlil dan yasin
merupakan tanda yang menunjukkan ciri agama islam, sedangkan bentuk slametan
merupakan adaptasi dari adapt istiadat sekitar yang sudah ada sebelum agama
islam masuk. Slametan sendiri merupakan bentuk adaptasi dari sesaji yang
dilakukan oleh para wali untuk menyebarkan agama islam di tanah jawa agar mudah
diterima oleh masyarakat yang pada saa titu masih beragama Hindu dan Budha
bahkan kepercayaan Animisme-Dinamisme.
v
RUWATAN MURWAKALA
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_od-2-1EAXaK4nne-ixfDCwISTXvMsF07iNv4cF7DKjSYNhY1BqVb-CgWjbsaDpXXb8kQ4WWbxm7U1IpGuM3PHsKsUu0mrt04JEzwkT5ksYi47G16h_T-jgH0BYL7Nw7jF076nTglVsxT/s320/kalaruwatansengkolohamurwakala1.jpg)
Makna Ruwatan
Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional dengan tujuan utama
mendapatkan keselamatan supaya orang terbebas dari segala macam kesialan
hidup, nasib jelek dan selanjutnya agar dapat mencapai kehidupan yang ayom ayem
tentrem (aman, bahagia, damai di hati). Lebih konkritnya ruwatan sebagai
suatu upaya membersihkan diri dari sengkala dan sukerta (dosa dan sial) yang
diakibatkan dari perbuatannya sendiri, hasil perbuatan jahat orang lain maupun,
Ruwatan yang paling terkenal sejak zaman kuno diselenggarakan oleh nenek moyang
adalah ruwatan murwakala. Dalam ruwatan ini dipergelarkan wayang kulit dengan
cerita Murwakala di mana orang-orang yang termasuk kategori sengkolo-sukerto
diruwat atau disucikan supaya terbebas dari hukuman Betara Kala, gambaran
raksasa menakutkan yang suka memangsa para sukerto.
Tradisi Ruwat
Ritual pangruwatan dalam
masyarakat di Wonoploso yang paling sering dan mudah dilakukan biasanya
adalah pemagaran gaib yang dilakukan dengan menyediakan berbagai jenis sesaji
dan melakukan ritual khusus. Cara di atas bisa dilakukan apabila
sengkolo-sukerto yang ada masih termasuk jenis yang ringan dan mudah
dibersihkan. Sementara itu untuk sengkolo-sukerto kelas berat pelaksanaan yang
umum dilakukan dalam masyarakat Jawa adalah dengan menggelar pentas wayang
kulit yang melakonkan tentang ruwatan itu sendiri. Sang dalang dalam menampilkan
pagelarannya menyajikan salah satu dari beberapa jenis lakon. Misalnya lakon
murwakala. Ruwatan dengan pagelaran wayang dilakukan sebagai suatu bentuk
mendapatkan dispensasi atau keringanan hukuman. Dalam tradisi hukum positif
(formal) sepadan dengan membayar denda kepada negara atau memohon grasi kepada
Presiden. Dalam hal ruwatan, Bethara Kala posisinya sebagai Presiden dari
bangsa lelembut. Negosiasi tertuju pada Bethara Kala sebagai salah satu
eksekutor hukum alam.
Ruwatan yang paling sering
dilakukan oleh masyarakat Wonoploso adalah ruwatan pada diri sendiri yang
memiliki fungsi sebagai upaya membersihkan diri dari sengkala dan sukerta (dosa
dan sial agar mendapatkan kebersihan jiwa.
Ruwatan untuk diri sendiri
dapat dilaksanakan dengan pakem sederhana maupun dengan pakem standar yakni
dengan pagelaran wayang kulit dengan lakon dan uborampe khusus ruwatan. Semua
itu merupakan pilihan bagi siapa yang akan melaksanakan. Jika ruwatan dilakukan
oleh orang yang memang memiliki kemampuan ekonomi yang memadai, biasanya ruwat
murwakala dilakukan dengan mengadakan pagelaran wayang kulit. Pagelaran wayang
kulit ini berbeda dengan pagelaran yang pada umumnya dilakukan. Pagelaran
wayang kulit dilaksanakan pada siang hari dan dilakukan oleh dalang yang
benar-benar mampu (bukan sekedar bisa) meruwat.
Dari beberapa tradisi di atas
tersirat bahwa tradisi – tradisi tersebut banyak memiliki fungsi dan manfaat
bagi masyarakat diantaranya masyarakat dapat membangun kebersamaan dengan
meningkatkan gotong – royong dalam melaksanakan kearifan lokal, mempererat tali
silahturohmi antar sesama masyarakat bahkan yang lebih baik unsur kekeluargaan
tidak akan pernah hilang.
Sebagian besar dari masyarakat
telah mempercayai, bila tradisi ( kearifan local) tidak dilakukan dengan benar
sampai – sampai tidak dilaksanakan akan terjadi suatu bencana besar, suatu
misal bencana alam akan melanda kampong mereka, wabah penyakit menyerang warga,
bahkan ketidaktentraman dalam diri masing – masing masyarakat.
v Seni
Bantengan
![](file:///C:/Users/KEM~1.PER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image013.gif)
![Image result for seni bantengan mojokerto](https://blogpelancong.files.wordpress.com/2015/01/abi-mojo-banteng.jpg)
Kesenian rakyat Bantengan berasal dari
Kecamatan Pacet tepatnya di desa Made yang dahulunya merupakan desa yang
berdekatan dengan lereng Gunung Welirang. Konon kawasan hutan tersebut banyak
hidup bermacam-macam hewan liar termasuk diantaranya Banteng yang saat ini
sudah punah. Pada saat itu, seorang penduduk desa Made yang bernama Paimin
tengah memasuki hutan dan mendapatkan seonggok kerangka Banteng yang masih
lengkap. Kerangka Banteng itu dengan susah payah dibawah pulang dan dibersihkan
kemudian ditempatkan di salah satu tempat rumahnya. Dari kejadian itu Paimin
mendapat inspirasi untuk mengenang satwa Banteng dengan sebuah atraksi Atraksi
itu dimainkan dua orang, 1 orang didepan memainkan kepala dan sekaligus sebagai
kaki depan dan 1orang dibelakang sebagai pinggul sekaligus sebagai kaki
belakang. Antraksi gerakannya menggambarkan, gerakan - gerakan dan sikap
banteng sewaktu sedang berkelahi. Untuk menyemarakkan atraksi itu dilengkapi
dengan musik terbang dan jidor. Dalam atraksi ditampilkan banteng sedang
berlaga dengan satwa lain seperti harimau, kera dab burung bahkan mulai
dikembangkan dengan kesenian pencak silat dan barongsai. Begitulah cerita
singkat seni Bantengan.
v Ludruk
![Image result for ludruk mojokerto](https://desyindahsari8.files.wordpress.com/2014/07/ludruk.jpg)
Ludruk adalah suatu kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan
oleh sebuah grup kesenian yang dipergelarkan di sebuah panggung dengan
mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan, dan
sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai
musik
Ludruk termasuk seni teater
tradisional yang sangat digemari oleh masyarakat Mojokerto. Untuk menarik para
penggemar seni teater ludruk pada pegelarannya sudah mulai dikembangkan dan
banyak kreasi baru. Penampilan yang lebih segar memberikan pesona tersendiri
bagi penggemarnya. Kesenian ludruk terdapat di Kecamatan Kemlagi dan Jetis
v
Pengantin
Mojopuri
Di
bidang seni dan budaya, Kabupaten Mojokerto mempunyai busana adat pengantin
Mojoputri dan Upacara adat temu manten Mayang Kubro.
![*](file:///C:/Users/KEM~1.PER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Tata rias Pengantin Mojoputri sekar kedaton diangkat dari hasil penelitian sejarah. Busana Pengantin Mojoputri merupakan hasil akulturasi budaya yang berkembang sejak abad 13 hingga kini. Ciri yang mencolok, tata rias ini mengikuti corak dandanan jaman Mojopahit, jaman kebesaran Islam Demak,Mataram dan jaman penjajahan Belanda.
![*](file:///C:/Users/KEM~1.PER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Upacara adat ini diangkat dari perpaduan antara nilai tradisi Jawa atau Mojopahit dengan nilai Islami. Kata Mayang diambil dari kebesaran nama Raden Wijaya pada saat penobatan menjadi raja Mojopahit menggunakan mahkota dengan nama mayang mekar. Kubro bermakna agung, biasa dikaitkan dengan kegiatan ritual yang bernuansa Islam. Upacara adat Mayang Kubro di Kabupaten Mojokerto ini telah berhasil menjadi penyaji terbaik pada festival upacara adat se Jatim di Surabaya
Makanan
Khas Asal Kota Mojokerto
1. Rawon
Jika Yogyakarta
identik dengan Gudeg nya, Sementara Sumatera Barat terkenal dengan Nasi Padang
nya, daerah Betawi terkenal dengan Gado-Gadonya maka saat anda berada di Jawa
timur cobalah untuk mencicipi salah satu masakan khas Jawa Timur, Rawon. Hingga
saat ini belum benar-benar ada penelitian yang mampu menjelaskan asal usul
masakan Rawon, ada sebagian yang menyimpulkan bahwa makanan rawon ini sudah ada
sejak zaman Kerajaan Majapahit sebagai masakan untuk kaum raja dan para
bangsawan, hal inilah yang membuat Rawon Mojokerto dianggap sebagai Rawon yang
paling dekat dengan keluarga Kerajaan, mengingat pusat Kerajaan Majapahit jaman
dulu adalah di sekitar Kabupaten Mojokerto.
Namun, hampir di
seluruh daerah di Propinsi Jawa Timur memiliki ciri Rawon masing-masing,
seperti halnya nasi pecel yang juga menyebar di seluruh pelosok Jawa Timur.
Rawon Mojokertobukan satu-satunya trademark rawon yang ada di Jawa Timur karena
jika anda berjalan ke arah Surabaya maka banyak sekali warung-warung membuka
lapaknya dengan dagangan Rawon yang diklaim asli Surabaya dan mereka tak
segan-segan dengan tulisan besar menulis di bagian depan warung mereka dengan
tulisan Rawon Asli Suroboyo, begitu juga saat anda pergi ke Malang, Lamongan
dan beberapa daerah pesisir lain nya. Perkembangan Rawon dari dulu hingga
sekarang tidak terlalu berubah, Rawon masih identik dengan bumbu kuah hitam
yang mengguyur nasi putih hangat dalam semangkuk lengkap dengan potongan dagi
sapi dan tauge yang dibiarkan terpisah di sisi lain piring.
Kendati ada
beberapa varian rawon yang mulai dikembangkan seperti Rawon Setan yang identik
dengan rasa pedasnya, rawon dengkul yaitu nasi rawon yang dicampur dengan iga
dan dengkul sapi atau rawon lidah yang mengganti daging sapi dengan irisan
daging lidah, namun tetap saja Rawon Mojokerto tidak kehilangan
pelanggan nya. Masakan rawon adalah salah satu masakan yang tidak memerlukan
bumbu rumit karena bumbu-bumbu yang diperlukan seperti Keluwak, bawang merah,
bawang putih, lengkuas, serai, ketumbar, kemiri dan jeruk serta garam sangat
mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional.
2. Krecek
Rambak
![Image result for Krecek Rambak](https://s2.bukalapak.com/img/73630271/m-1000-1000/Krecek_Sapi_Solo2_80rb.jpg)
Krupuk yang sering
bikin kita ‘kelolotan’ ini tampaknya belum begitu terkenal dikalangan
masyarakat mojokerto sendiri sebagai makanan kahs tanah kelahiran. tepatnya di
Dusun kauman, Jabon (Mojokerto). 150M masuk ke dusun Kauman, kita sudah bisa
melihat rumah ibu Afi, pengrajin krecek rambak.
3. Onde – Onde
Onde-onde adalah sejenis kue jajanan pasar yang populer
di Indonesia. Kue ini sangat terkenal di daerah Mojokerto yang
disebut sebagai kota onde-onde sejak zaman Majapahit.
Onde-onde dapat ditemukan di pasar tradisional
maupun dijual di pedagang kaki lima. Onde-onde juga populer khususnya di
daerah pecinan baik di Indonesia maupun luar negeri.Onde-onde terbuat
dari tepung terigu ataupun tepung ketan yang digoreng atau
direbus dan permukaannya ditaburi/dibalur dengan biji wijen. Terdapat
bermacam-macam variasi, yang paling dikenal adalah onde-onde yang terbuat dari
tepung ketan dan di dalamnya diisi pasta kacang hijau.
Variasi lain hanya dibuat dari tepung terigu dan diberi warna pada permukaannya
seperti putih, merah, atau hijau yang dikenal sebagai onde-onde gandum,
yang merupakan onde-onde khas dari kota Mojokerto
v Kerupuk Upil
![Image result for kerupuk upil surabaya](https://cdn.brilio.net/news/2016/06/04/63841/293020-kerupuk-unik.jpg)
Makanan khas Kota
Mojokerto selanjutnya yang namanya cukup unik adalah kerupuk upil. Kerupuk upil
bukanlah sajian kuliner kerupuk yang terbuat dari kotoran hidung atau dikenal
dengan nama upil yaa, melainkan kerupuk ini dibuat dari bahan dasar kerupuk
sama dengan jenis kerupuk kerupuk lainnya. Di daerah lain, kerupuk ini biasa
disajikan bersama dengan gado gado. Dinamakan kerupuk upil karena dalam proses
penggorengannya, kerupuk ini tidak menggunakan minyak goreng atau minyak tanah.
Kerupuk ini hanya digoreng dengan dicampur dengan pasir. Cukup unik ya
ternyata. Nah, kerupuk upil ini sangat pas bila disajikan bersama dengan sambal
petis serta lauk khas Mojokerto lainnya.
v
Sate Keong
![Image result for sate keong](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtcDkUpr_DzoxKCKxhfATh1r1qTYI1few8MP5bfMqSYqpg-visaKN962lROliiInvJC2NXkB_RzDHHFP5uiBY-gbBgCb7XGdW2D-1WeMPPnLSQybbBfVdiQfu6FkcXJzSONemaPNuxxSc0/s320/Resep+Sate+Keong+Khas+Mojokerto.jpg)
Makanan khas
Mojokerto sate keong mungkin banyak ditemukan juga di daerah lainnya. Sate
sendiri merupakan sajian kuliner khas dari daerah lain, misalnya Medan dan
Madura. Namun, di Mojokerto ada olahan sajian kuliner berjenis sate yang cukup
unik, yaitu sate keong. Keong yang dijadikan bahan untuk membuat sate ini
banyak ditemukan di persawahan milik masyarakat lokal Mojokerto. Cara membuat
sate keong ini cukup mudah namun tetap harus memperhatikan faktor kebersihan
dan dibutuhkan ketelatenan agar rasanya tetap menggoda. Sebelum melepas keong
dari cangkangnya, keong harus direbus lebih dulu dengan air panas agar kotoran
yang menempel pada keong bisa keluar. Barulah setelah itu, keong dikeluarkan
dari cangkangnya untuk diolah menjadi sate. Kemudian tusuk keong dengan lidi
dan siram dengan bumbu sate keong.
v
Sambal Wader
Meskipun hanya sajian
kuliner berupa sambal, namun sambal yang satu ini masuk dalam daftar makanan
khas Mojokerto, namanya sambal wader. Seperti namanya, bahan utama untuk
membuat sambal tersebut adalah ikan wader yang banyak hidup di air tawar.
Masyarakat sekitar Mojokerto biasanya mencari ikan wader ini di sungai atau
membudidayakannya secara langsung di empang yang dimiliki. Pengolahan ikan
wader menjadi sambal sangatlah mudah dan simpel untuk diikuti. Pertama tama
ikan wader dibersihkan dulu dari sisiknya maupun kotoran yang kebetulan
menempel. Setelah itu langsung saja dicampur dengan bahan pembuat sambal
lainnya seperti bawang dan juga cabai. Kemudian goreng hingga matang dan sambal
wader siap disajikan bersama dengan sepiring nasi putih hangat dan lauk pauk
menarik lainnya.
v
Es Gronjongan
Majapahit
Minuman ini masih terus eksis dan menjadi
favorit masyarakat Mojokerto hingga saat ini. Apalagi saat bulan Ramadhan tiba,
pasti sebagian orang muslim Mojokerto akan berlomba memburu es gronjongan
majapahit ini. Es ini merupakan minuman yang legendaris karena sudah ada sejak
dulu. Isi dari segelas es gronjongan majapahit ada agar-agar, santan yang
direbus dengan daun pandan, sirup, dan juga es batu. Es gronjongan majapahit
cocok dijadikan minuman penutup saat anda menyantap kuliner khas Mojokerto.
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai kearifan lokal yang ada pada daerah Mojokerto yang tidak lain adalah pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan materi makalah.
Penulis banyak berharap pada pembaca yang budiman guna memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah – makalah lain di kesempatan yang berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga pembaca yang budiman pada umumnya.
Sekian penutup dari kami semoga berkenan di hati, kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
v http://interesthin.blogspot.com/2013/01/apa-itu-kearifan-lokal.html
v http://naninorhandayani.blogs
v pot.com/2011/05/pengertian-kearifan-lokal.html
v http://sangloesoeh.wordpress.com/2010/11/20/kebudayaan-sebagai-semiotik-semiotika-tradisi-ruwahan-masyarakat-jawa/